POLITIK
Rajin Berbagi Kursi Roda, Ketua DPW PDIP NTB Dijuluki “Rachmat Hidayat Elektrik”
MATARAM - Konsistensi Anggota DPR RI, H. Rachmat Hidayat yang begitu intens membantu kaum difabel dan orang-orang tua yang menderita lumpuh di Pulau Lombok, mendapat apresiasi tinggi khalayak. Masyarakat Pulau Seribu Masjid pun kini punya sapaan baru untuk politisi kharismatik Bumi Gora ini. Publik menyematkan nama baru, _*“Rachmat Hidayat Elektrik”*_.
Sabtu (16/4), Rachmat kembali menggelar aksi kemanusiaan di Lombok Timur. Memasuki sepuluh hari terakhir Bulan Suci Ramadan, Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini membagikan tiga kursi roda sekaligus kepada warga yang kini menderita stroke dan lumpuh.
Pemberian bantuan kursi roda pertama dilakukan Rachmat kepada Hj Sahrun, pensiunan guru sekolah dasar yang tinggal di kompleks Rumah Sehat, di Kelurahan Majidi, Pancor, Lombok Timur.
Sudah sepuluh tahun, pensiunan abdi negara tersebut tidak lagi bisa berjalan dengan leluasa. Jika pun dipapah, perempuan kelahiran 1955 tersebut, hanya mampu berjalan beberapa langkah saja. Aktivitasnya pun kini hanya ditopang oleh kursi roda yang kondisinya sudah sangat butut.
Rachmat mengenal baik Hj Sahrun. Mereka sama-sama melewati masa remaja di lingkungan yang sama. Suami Hj Sahrun yang kini sudah meninggal, adalah juga sahabat baik Rachmat. Karena itu, manakala kemarin mendapati Rachmat tetiba sudah berada di depan pintu rumahnya, tumpahlah tangis Hj Sahrun.
“Ini air mata bahagia,” ucap perempuan yang terkahir menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN Sekarteja, Kecamatan Selong, Lombok Timur, tersebut.
Bersama anak-anak dan keluarga Hj Sahrun, Rachmat kemudian membantu perempuan yang kini sudah berusia 68 tahun tersebut untuk duduk di kursi. Sebagai dua karib, mereka pun lantas berbagi beragam cerita nostalgia.
Kepada Hj Sahrun, Rachmat membawakan bantuan kursi roda elektrik yang harga satu unitnya mencapai Rp 27 juta. Bantuan tersebut merupakan program aspirasi Rachmat Hidayat melalui Kementerian Sosial, salah satu mitra kerja Rachmat sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI.
Rachmat kemudian meminta tim Sentra Paramita Mataram, unit kerja milik Kementerian Sosial di NTB yang turut serta dalam penyerahan bantuan kursi roda elektrik tersebut untuk menjelaskan bagaimana cara pengoperasiannya. Setelah mendapat penjelasan, Hj Sahrun kemudian didudukkan di atas kursi roda elektrik itu, lalu mencobanya.
Tak butuh waktu lama bagi Hj Sahrun untuk mengakrabi fitur-fitur canggih di kursi roda elektrik tersebut. Raut wajahnya tak bisa menyembunikan, betapa hatinya membuncah bahagia.
“Saya tidak menyangka, ternyata masih begitu diperhatikan oleh Kak Rachmat,” katanya. Segudang rencana pun sudah ada di benaknya. Yang sudah pasti, kursi roda elektrik canggih itu kini menjadi kepingan pelengkap dalam aktivitas sehari-hari, setelah dirinya tidak bisa lagi berjalan leluasa. Termasuk akan sangat membantunya dalam berbibadah ke masjid dan musala terdekat.
Selain bantuan kursi roda elektrik, Rachmat menyerahkan pula bingkisan untuk Idul Fitri bagi Hj Sahrun. Kepada sejumlah anak-anak Hj Sahrun, Rachmat juga menyerahkan bantuan uang untuk menghadapi Lebaran.
Dari rumah Hj Sahrun, masih di Kelurahan Majidi, Rachmat kemudian menyambangi rumah sepasang suami istri di Lingkungan Kampung Baru, yakni Darmasih dan Faizah. Hanya kendaraan roda dua yang bisa sampai di rumah suami istri yang menderita stroke dan lumpuh tersebut.
Sesampai di rumah tersebut, Rachmat mendapati Darmasih sedang tergolek di lantai rumah. Suasana siang yang terik rupanya menyebabkan pria kelahiran 1948 tersebut mendinginkan tubuh di lantai. Tanpa baju, Darmasih berbaring lelap. Sementara sang istri Faizah, sedang duduk di atas kursi. Di dekatnya ada anak dan menantunya yang sedang memasak. Ikut menemani, saudara perempuanya.
Kedatangan Rachmat disambut histeris oleh keluarga Darmasih. Rupanya, dengan keluarga ini, Rachmat memiliki hubungan yang sangat dekat. Darmasih, telah dikenal Rachmat semenjak dirinya masih menempuh pendidikan di bangku SMA di Pancor. Darmasih dahulu adalah pria yang dikenal sangat kuat secara fisik di Pancor. Tak ada yang berani melawannya. Maling-maling pun takut kepadanya.
Pekerjaan sehari-hari Darmasih adalah sebagai buruh di pasar. Konon, karena begitu kekar dan kuat fisiknya, memindahkan gabah satu ton, cukup hanya dua kali dilakukannya. Tak berbilang pula maling-maling ternak yang tumbang di tangannya.
Selepas jadi buruh di pasar, Darmasih kemudian beralih profesi sebagai kusir cidomo. Profesi yang terus melekat pada dirinya, hingga menderita stroke dan lumpuh tahun 2018. Semenjak itu, Darmasih tidak bisa berjalan. Bicaranya pun sudah tidak jelas. Butuh waktu, untuk mengetahui apa yang dikatakannya.
Saat dibangunkan Rachmat, Darmasih sempat melongo. Melihat dari dekat siapa yang membangunkannya, pria 75 tahun itu pun terperanjat. Namun, sejurus kemudian, senyumnya mengembang. Ditatapnya lekat-lekat wajah Rachmat, macam orang yang masih tak yakin, sahabat karibnya tetiba kini ada di depannya.
Rachmat pun menceritakan, dirinya datang untuk mengantarkan kursi roda untuk Darmasih dan Faizah. Rachmat ingin keduanya bisa beraktivitas lebih normal lagi. Bersosialisasi dan menyapa para tetangga. Mengisi masa tua bersama sang istri, yang sudah lebih dari sepuluh tahun menderita stroke dan lumpuh.
“Kenangan saya di sini, bersama dengan keduanya, tak akan pernah saya bisa lupakan,” ucap Rachmat.
Kepada Darmasih dan Faizah, Rachmat kemudian menyerahkan pula bantuan paket idul Fitri. Juga bantuan uang tunai. Kepada anak Darmasih, Rachmat juga berpesan, agar terus menjaga kedua orang tuanya.
“Allah yang akan membalas budi dan bhaktimu kepada orang tua,” katanya.
Rachmat pun pamit. Disalaminya Darmasih dan Faizah dengan hangat. Memandang lekat Rachmat, muncul sepatah kata dari Darmasih. Entahlah. Sepertinya dia berucap, “Alhamdulillah…”
Dari Pancor, Rachmat kemudian meluncur ke Desa Rempung, Kecamatan Sukamulia. Di Lingkungan Lestari, Rachmat menemui Maemunah, istri pensiunan pegawai di Kementerian Agama, yang sudah empat bulan ini menderita lumpuh. Rachmat membawakan kursi roda untuk perempuan kelahiran 1942 tersebut.
Para tokoh masyarakat, pengurus RT dan RW, serta anak-anak Maemunah menyambut kedatangan Rachmat. Maemunah sedang duduk di teras samping saat Rachmat datang. Tak satu pun kata keluar darinya, manakala Rachmat menyerahkan bantuan kursi roda. Namun, matanya tetiba sembab, dan bulir-bulir air mata jatuh ke pipi. Diambilnya sudut kain sarung yang dikenakannya, lalu Maemunah menyeka bulir-bulir air mata yang jatuh itu.
Ucapan terima kasih meluncur deras dari tokoh masyarakat, anak-anak, dan keluarga Maemunah. Mereka tak menyangka, hanya dalam hitungan hari bantuan kursi roda itu dilayangkan, Rachmat kini sudah merealisasikannya langsung.
Rachmat menegaskan, apa yang dilakukannya untuk membantu kaum difabel dan para orang tua yang menderita lumpuh, sepenuhnya adalah aksi kemanusiaan belaka. Tak ada kaitannya dengan politik sama sekali. Rachmat menegaskan, hanya ingin mewakafkan dirinya untuk kebaikan masyarakat Pulau Lombok. Rachmat ingin membawa dan menghadirkan berkah untuk sesama.
“Sangat penting bagi kita untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, khususnya mereka yang sulit untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari,” kata Rachmat.
Dia menekankan, apa yang dilakukannya ini adalah tindakan kecil. Namun, dia berharap, tindakan kecil tersebut, dapat turut membantu memperbaiki kualitas hidup mereka yang telah dibantu, dan memberikan sedikit kebahagiaan bagi mereka. (SYK/02)
Via
POLITIK
Post a Comment