Dugaan Penghinaan Ulama, Bupati Lotim: Jangan Pernah Lupakan Sejarah
LOMBOK TIMUR (aksarantb.com) -
Bupati Lombok Timur (Lotim), Drs. H. M. Sukiman Azmy, MM mengingatkan kepada masyarakat di daerah ini agar tidak merupakan sejarah. Melainkan sejarah harus dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini ditekankan bupati di hadapan ribuan massa aksi bela ulama yang berlangsung di depan Kantor Bupati Lotim, Rabu 5 Januari 2022.
Bupati menyebut, mempelajari sejarah memungkinkan manusia zaman sekarang mengetahui kesalahan-kesalahan manusia di masa lalu atau mengetahui kunci keberhasilan para pendahulu. Mengetahui kelemahan dan kekurangan di masa silam berguna agar manusia zaman sekarang tidak mengulangi lagi di masa sekarang dan masa mendatang.
Termasuk mengetahui sejarah perjuangan para ulama, tuan guru dan sesepuh adat yang telah memperjuangkan Islam serta rela mempertaruhkan nyawanya. Untuk itu, pintu bupati supaya masyarakat atau semua pihak jangan sekali-kali melupakan sejarah.
"Jangan lupakan sejarah, jangan lupakan sejarah, jangan lupakan sejarah,"ucap bupati dengan nada tinggi di hadapan massa aksi.
Misalnya, lanjut dia, TGH. Lalu M. Ali Batu, memiliki sejarah perjuangan yang begitu dahsyat, hebat dan kharismatik. TGH Muhammad Ali Batu merupakan sosok yang berpengaruh semasa perjuangan rakyat Lombok serta kemampuannya mempersatukan rakyat Lombok baik dari kalangan bawah hingga kalangan bangsawan kala melawan penjajahan yang dilakukan Hindu Bali di Pulau Lombok.
"Dengan modal kharismatik dan kecerdasan beliau, seluruh masyarakat Lombok dari berbagai kalangan mampu dipersatukan dalam satu garis perjuangan,"tutur bupati.
Bahkan dalam salah satu babad yang ditulis dengam bahasa Sangsekerta, muncul salah satu tokoh agau sosok TGH. Ali Batu menjadi penyelamat waktu terjadi badai besar saat berada di Mesir yang diawali dengan datang ke Kota Mekah dengan berjalan kaki dari Lombok.
Julukan Ali Batu itu ketika TGH. Ali Batu menghadapi badai di sungai Nil. Beliau kemudian mencelupkan jari tangannya ke dalam air sungai Nil itu yang kemudian berubah menjadi batu, barulah jemaah bisa melewatinya. "Itulah asal mula dinamakan TGH. Ali Batu hingga dikenal sampai sekarang,"ungkap bupati. (AK-NTB/01)
Post a Comment